Prof Nurul Anriani, dari anak Guru SD hingga raih gelar profesor
KONTRASBANTEN.COM, SERANG, - Menjadi Dosen dan akhirnya bergelar Profesor sebelumnya tak disangka oleh Prof. Dr. Nurul Anriani, S.Si., M.Pd. Anak keenam dari tujuh bersaudara itu dikukuhkan menjadi Guru Besar Pendidikan Bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran dan Penelitian Pendidikan Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, pada Rabu (11/6/2025).
Prof. Dr. Nurul Anriani, S.Si., M.Pd mengatakan, awalnya ia tidak mempunyai rencana untuk menjadi seorang guru pendidik atau dosen, justru ia memiliki cita-cita menjadi pekerja kantoran. Namun, setelah lulus kuliah dari Universitas Lampung ia mencoba mengikuti pembukaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Banten
"Awalnya saya kuliah di jurusan Matematika MIPA Unila, dan tidak memiliki cita-cita baik sebagai guru pendidik maupun dosen. Justru inginnya bekerja kantoran, tapi setelah lulus ada pembukaan CPNS di Banten dan saya mencoba daftar menjadi dosen. Alhamdulillah diterima," katanya.
Ia menjelaskan, awalnya sang Ayah yang kini sudah Almarhum juga tidak mengharapkan dirinya menjadi seorang guru, namun sang Ayah juga memang ingin ada salah satu dari anak-anaknya ini meneruskan sebagai pendidik dan tanpa diduga dirinya diterima menjadi dosen di FKIP Untirta tahun 2006.
"Ayah saya itu guru SD, dan ibu mengurus rumah tangga. Jadi memang pekerjaan ayah, hanya seorang guru, dan terkadang menjadi tukang foto sebagai pekerjaan sampingan untuk membiayai tujuh orang anaknya," ujarnya.
Ia mengungkapkan, sang ayah pernah berpesan kepada dirinya dan anak-anaknya yang lain, bahwa tidak perlu orang tahu apa yang kita makan, tapi yang perlu orang tahu adalah anaknya sekolah di mana dan berhasil menjadi apa.
"Acuan-acuan itu yang membuat saya menjadi kuat, dan termotivasi untuk mengubah kondisi keluarga. Kami bukan dari keluarga yang mampu, tapi hanya keluarga dari kalangan menengah ke bawah," ucapnya.
"Alhamdulillah saat saya diterima menjadi dosen tahun 2006, ayah sangat senang, karena akhirnya ada salah satu anaknya yang menjadi penerus walaupun bukan menjadi guru, tapi lebih senang lagi karena menjadi dosen," imbuhnya.
Saat menjadi dosen, dikatakan Nurul, ia berkomitmen untuk menggapai cita-cita. Menurutnya, seorang dosen itu endingnya atau capaian tertingginya adalah menjadi guru besar atau profesor.
"Maka dari situlah, saya melakukan tridarma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, pendidikan, penelitian, pengabdian, itu semuanya terprogram dan punya jenjang-jenjang fungsional saya setiap kenaikan pangkatnya," jelasnya.
Perjuangan untuk mencapai cita-cita menjadi Guru Besar pun tak mudah, banyak waktu serta energi yang dikorbankan Nurul Anriani selama melanjutkan pendidikannya hingga lulus S3.
"Alhamdulillah, dengan perjuangan luar biasa, S2 di UPI, S3 di UNJ selama dua tahun delapan bulan pulang pergi tanpa kos," katanya.
Bahkan, selama melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, Nurul kehilangan momen dengan keluarganya, terutama masa-masa tumbuh kembang anaknya. Pagi buta, dia berangkat kuliah, dan ketika pulang sudah larut malam, sang anak pun tertidur lelap.
"Jadi, tumbuh kembang anak saya enggak dapat. Tapi dibalik itu semua, baik anak maupun suami mendukung perjuangan saya. Alhamdulillah tahun 2025 ini, tepat 19 tahun pengabdian saya mencapai tingkat pendidikan tertinggi menjadi fungsional guru besar atau profesor," katanya.
Dia pun berharap, sebagai guru besar dan sesuai dengan tugas sebagai pendidik tridarma perguruan tinggi, pengajaran, pengabdian, dan penelitian harus linier dengan kepakaran bidangnya. Yaitu, evaluasi, pembelajaran, dan penelitian pendidikan.
"Artinya di sini saya menekankan kepada para pendidik untuk memahami karakter para peserta didik, kondisi, watak, dan minat. Sehingga, ketika pendidik melakukan proses evaluasi, itu sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya," ucapnya.
Pendidikan Prof. Dr. Nurul Anriani, S.Si., M.Pd :
- SDN Pringsewu 1 Lampung
- SMPN 1 Pringsewu Lampung
- SMAN 1 Pringsewu Lampung
- S1 Unila Jurusan MIPA
- S2 UPI Jurusan Pendidikan Matematika
- S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).