Cahaya Idul Adha Menembus Jeruji: Doa, Harapan, dan Kesempatan Kedua di Lapas Kelas IIA Cilegon
KONTRASBANTEN.COM. – Gemuruh takbir menggema dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cilegon Kanwil DitjenPas Banten pada Jumat pagi, (6/6/25). Di tengah pagar kawat dan tembok tinggi, ratusan warga binaan pemasyarakatan (WBP) bersama petugas dan jajaran pegawai Lapas menggelar Shalat Idul Adha dengan penuh kekhusyukan. Momen sakral ini menjadi penyejuk jiwa, menghadirkan secercah cahaya harapan bagi mereka yang tengah menjalani proses pemulihan dan pembinaan di balik jeruji.
Shalat Idul Adha yang dilaksanakan di lapangan utama Lapas Kelas IIA Cilegon ini terasa sangat istimewa. Hadir secara langsung Direktur Teknologi Informasi dan Kerja Sama Pemasyarakatan, Maulidi Hilal, yang datang untuk merayakan Hari Raya Qurban bersama para WBP. Kehadirannya menjadi bentuk nyata kepedulian dan pendekatan humanis dari jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan.
Usai pelaksanaan shalat, dalam suasana yang penuh haru dan kehangatan, Kalapas Cilegon, Margono, menyampaikan pesan yang menyentuh hati seluruh hadirin.
"Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan qurban, tetapi tentang menyembelih ego, keangkuhan, dan segala sesuatu yang menjauhkan kita dari kebaikan. Di sini, di tempat yang sering dianggap sebagai batas hidup, justru banyak lahir kesadaran baru. Saya percaya, setiap saudara kita yang berada di sini memiliki peluang yang sama untuk berubah, untuk menjadi lebih baik.”
Ia menambahkan bahwa Lapas bukan akhir dari segalanya, tetapi tempat untuk memulai kembali dengan bekal nilai-nilai spiritual, sosial, dan moral yang lebih kuat.
Sementara itu, Maulidi Hilal, yang turut merasakan kekhusyukan dan keheningan batin saat shalat bersama para WBP, menyampaikan kesan mendalamnya.
"Tembok bisa memisahkan kebebasan fisik, tapi tidak bisa membatasi doa, harapan, dan cinta dari Allah. Saya merasakan bahwa di balik jeruji ini, ada keikhlasan yang luar biasa. Saya ingin mengajak semua pihak untuk terus mendampingi proses pembinaan ini dengan hati. Karena setiap orang, betapapun kelam masa lalunya, layak mendapatkan kesempatan untuk menata masa depan."
Beliau juga menyampaikan komitmen Ditjen Pemasyarakatan untuk terus memperkuat sistem pembinaan berbasis teknologi dan kerja sama yang berorientasi pada rehabilitasi, bukan sekadar hukuman.
Setelah pelaksanaan shalat, acara dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban yang telah disiapkan dari hasil gotong-royong dan sinergi antara pihak Lapas, stakeholder, serta donatur. Daging qurban kemudian dibagikan secara merata kepada seluruh warga binaan sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan.
Hari ini, di tengah penjagaan ketat dan prosedur keamanan yang tetap dijaga, rasa kekeluargaan dan spiritualitas justru tumbuh subur. Suasana menjadi pengingat bahwa Hari Raya Qurban sejatinya bukan hanya milik mereka yang di luar sana, tetapi juga hak bagi mereka yang sedang menebus kesalahan dan mencari makna hidup yang lebih dalam.