Kasus HIV di Kota Serang Meningkat, 485 Orang Terdeteksi Hingga Agustus 2025
KONTRASBANTEN.COM, SERANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang mencatat hingga Agustus 2025 jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Serang mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan data tercatat 485 orang positif HIV. Angka ini naik tajam dibandingkan tahun 2024 yang berjumlah 187 kasus.
Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Dinkes Kota Serang, Usep Khudory menjelaskan, peningkatan ini terjadi karena makin intensifnya deteksi dini serta faktor perilaku masyarakat yang berisiko tinggi.
“Kasus HIV ditemukan di seluruh wilayah kerja puskesmas, tapi paling banyak terdeteksi di RSUD Banten (59 orang) dan Puskesmas Singandaru (24 orang). Peningkatan ini disebabkan gaya hidup dan perilaku menyimpang sebagian masyarakat. Banyak penderita yang enggan terbuka atau putus pengobatan,” ujarnya, Jumat (10/10/2025).
Ia menambahkan, sebagian penderita sering berpindah domisili ke daerah lain seperti Pandeglang atau Tangerang, sehingga proses pemantauan dan pengobatan menjadi terputus. Kondisi tersebut menyebabkan pasien kehilangan akses kontrol dan berdampak pada tingginya risiko kematian.
“Sejak 2018 sampai 2025 tercatat 122 orang meninggal dunia akibat HIV. Sebagian besar disebabkan gagal pengobatan atau berhenti minum obat karena efek samping yang tidak mereka tahan,” jelasnya.
Efek samping obat antiretroviral (ARV), kata Usep, bervariasi pada setiap pasien. “Ada yang merasa mual, pusing, bahkan ada yang batuk sampai berdarah. Tapi pengobatan HIV ini harus dijalani seumur hidup, tidak bisa berhenti seperti TBC yang hanya beberapa bulan,” tuturnya.
Penularan HIV di Kota Serang, lanjutnya, didominasi oleh hubungan seksual berisiko. “Kalau lewat jarum suntik itu kecil sekali. Mayoritas karena hubungan seksual,” ujarnya.
Dinas Kesehatan Kota Serang terus berupaya menekan penyebaran HIV dengan menggandeng organisasi pendamping seperti Andaru dan BMG untuk melakukan pendekatan kepada penderita agar tidak putus pengobatan.
“Yang paling penting adalah kesadaran diri penderita dan dukungan lingkungan. Selama mereka patuh minum obat dan rutin kontrol, mereka tetap bisa hidup sehat dan produktif,” tandasnya. (Red)